Waspada! 4 Bias Kognitif yang Sering Menjerumuskan Keputusan Finansial Anda
- account_circle Muhamad Fatoni
- calendar_month Sen, 14 Jul 2025
- visibility 4
- comment 0 komentar

Kita semua ingin percaya bahwa setiap keputusan finansial yang kita ambil didasarkan pada logika dan data yang matang. Namun, otak kita sering kali mengambil ‘jalan pintas’ psikologis yang disebut bias kognitif. Jebakan mental ini bisa secara diam-diam menyabotase tujuan keuangan Anda tanpa disadari.
Memahami bias ini adalah langkah pertama untuk membuat keputusan yang lebih cerdas. Berikut adalah empat bias kognitif yang paling sering menjerumuskan kita dalam urusan finansial:
1. Bias Konfirmasi (Confirmation Bias)
Ini adalah kecenderungan untuk mencari, menafsirkan, dan mengingat informasi yang mendukung keyakinan kita yang sudah ada. Dalam investasi, Anda mungkin hanya akan membaca berita baik tentang saham yang Anda miliki dan mengabaikan semua sinyal peringatan atau berita buruk. Hal ini menciptakan pandangan yang tidak seimbang dan berbahaya.
2. Aversi Kerugian (Loss Aversion)
Secara psikologis, rasa sakit karena kehilangan uang terasa jauh lebih kuat daripada kebahagiaan saat mendapatkan keuntungan dalam jumlah yang sama. Bias ini sering membuat investor enggan menjual aset yang sedang merugi (cut loss), dengan harapan harganya akan kembali naik. Padahal, mempertahankan investasi yang buruk dapat menyebabkan kerugian yang lebih besar.
3. Efek Ikut-ikutan (Herding Effect)
Rasa takut ketinggalan atau FOMO (Fear of Missing Out) adalah pendorong utama bias ini. Seseorang cenderung membuat keputusan investasi hanya karena banyak orang lain melakukannya, seperti ikut membeli aset kripto atau saham yang sedang viral tanpa melakukan riset sendiri. Perilaku ini sangat berisiko dan sering kali berujung pada kerugian saat gelembung (bubble) pecah.
4. Bias Terlalu Percaya Diri (Overconfidence)
Bias ini membuat seseorang melebih-lebihkan pengetahuan dan kemampuannya dalam berinvestasi. Mereka mungkin merasa bisa secara konsisten “mengalahkan pasar” dan akhirnya mengambil risiko yang tidak perlu, seperti kurang melakukan diversifikasi atau terlalu sering bertransaksi.
Langkah pertama untuk melawan bias ini adalah dengan kesadaran. Selalu pertimbangkan sudut pandang yang berlawanan, buat rencana investasi jangka panjang, dan jangan biarkan emosi sesaat mendikte keputusan finansial Anda.
- Penulis: Muhamad Fatoni
Saat ini belum ada komentar