Ketika Hukuman dan Disiplin Menjadi Dilema: Di Mana Batasan Wajar bagi Guru?
- account_circle Muhamad Fatoni
- calendar_month Kam, 24 Jul 2025
- visibility 5
- comment 0 komentar

Menegakkan disiplin di sekolah adalah tugas penting, namun kini menjadi dilema besar. Di satu sisi, guru dituntut untuk membentuk karakter siswa agar bertanggung jawab. Di sisi lain, ada kekhawatiran tindakan disiplin disalahartikan sebagai kekerasan, bahkan berujung viral di media sosial.
Lantas, di manakah sebenarnya batasan wajar hukuman guru yang efektif, mendidik, namun tetap manusiawi dan aman bagi semua?
Kunci utamanya terletak pada tujuan dan cara. Disiplin yang benar bertujuan untuk mendidik dan memperbaiki perilaku, bukan untuk menyakiti atau melampiaskan amarah. Hukuman mendidik seharusnya membuat siswa merenungi kesalahannya dan belajar tentang konsekuensi, bukan sekadar menimbulkan rasa takut, sakit, atau trauma.
Batas yang tidak boleh dilanggar sangat jelas: segala bentuk kekerasan. Aturan hukum dan prinsip perlindungan anak dengan tegas melarang:
* Kekerasan Fisik: Seperti mencubit, menjewer, memukul, atau hukuman fisik lain yang mencederai tubuh.
* Kekerasan Verbal: Menggunakan kata-kata kasar, makian, hinaan, atau julukan yang merendahkan martabat siswa.
* Kekerasan Psikologis: Mengisolasi, mengancam, atau mempermalukan siswa di depan teman-temannya.
Tindakan semacam itu bukanlah disiplin, melainkan perundungan (bullying) oleh orang dewasa yang dapat meninggalkan luka jangka panjang pada anak.
Lalu, seperti apa disiplin yang dapat diterima? Contohnya adalah memberikan konsekuensi yang relevan, seperti meminta siswa membersihkan coretan yang dibuatnya, memberikan tugas tambahan yang berkaitan dengan pelajaran yang diabaikan, atau mengurangi hak istimewa (privilege) untuk sementara.
Pada intinya, garis batas terletak pada dampaknya: apakah hukuman itu membangun atau justru merusak? Penting bagi sekolah dan orang tua untuk memiliki kesepahaman bersama mengenai metode disiplin yang positif. Tujuannya satu, yaitu menciptakan lingkungan belajar yang aman, tertib, dan mendukung perkembangan karakter anak.
- Penulis: Muhamad Fatoni
Saat ini belum ada komentar