Dari Kafe hingga Konser: Peran LMKN dalam Mengawasi Penggunaan Musik.
- account_circle Muhamad Fatoni
- calendar_month 2 jam yang lalu
- visibility 1
- comment 0 komentar

Setiap kali Anda menikmati alunan musik di sebuah kafe, hotel, pusat perbelanjaan, atau bahkan konser, ada satu hal penting yang sering terlupakan: musik tersebut adalah karya cipta yang dilindungi hukum. Di sinilah Lembaga Manajemen Kolektif Nasional (LMKN) memainkan peran vital dalam mengawasi penggunaan musik, memastikan semua pihak memenuhi kewajiban mereka.
Peran LMKN dalam pengawasan ini sangatlah luas, mencakup berbagai jenis tempat dan acara.
* Pengawasan di Ruang Komersial: LMKN secara aktif memantau tempat-tempat seperti kafe, restoran, hotel, dan pusat kebugaran yang menggunakan musik sebagai daya tarik. Musik yang diputar di sini bukanlah penggunaan pribadi; itu adalah bagian dari strategi bisnis untuk menciptakan suasana dan menarik pelanggan. LMKN memastikan para pengusaha memahami kewajiban mereka untuk membayar royalti dan memberikan solusi yang mudah melalui lisensi kolektif.
* Pengawasan di Acara Publik: LMKN juga mengawasi penggunaan musik di berbagai acara, mulai dari pameran, konferensi, hingga konser musik skala besar. Penyelenggara acara wajib membayar royalti untuk setiap lagu yang diputar atau dibawakan. LMKN memastikan bahwa pembayaran ini dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sehingga para pencipta dan musisi mendapatkan haknya.
* Pengawasan di Media Penyiaran dan Digital: Di era modern, pengawasan LMKN meluas hingga media penyiaran seperti radio dan televisi, serta platform streaming digital. LMKN memiliki sistem untuk melacak lagu apa saja yang diputar dan berapa kali diputar. Data ini menjadi dasar akurat untuk penagihan royalti.
Dengan pengawasan yang menyeluruh ini, LMKN menciptakan sistem yang adil bagi semua pihak. Para pengguna musik dapat memutar musik secara legal dan tanpa khawatir, sementara para pencipta dan musisi mendapatkan imbalan yang layak. Ini adalah bukti nyata bahwa LMKN tidak hanya mengawasi, tetapi juga membangun ekosistem musik yang beretika, profesional, dan berkelanjutan.
- Penulis: Muhamad Fatoni
Saat ini belum ada komentar