Minggu, 20 Jul 2025
light_mode
Beranda » Ekonomi » Stagflasi: Ketika Inflasi Tinggi Bertemu dengan Pertumbuhan Ekonomi yang Lambat

Stagflasi: Ketika Inflasi Tinggi Bertemu dengan Pertumbuhan Ekonomi yang Lambat

  • account_circle Muhamad Fatoni
  • calendar_month Rab, 2 Jul 2025
  • visibility 6
  • comment 0 komentar

Dalam dunia ekonomi, kita sering mendengar tentang inflasi (kenaikan harga) dan resesi (pertumbuhan ekonomi negatif). Namun, ada satu kondisi yang dianggap sangat menakutkan dan rumit untuk diatasi, yaitu stagflasi. Stagflasi adalah situasi paradoks di mana suatu perekonomian mengalami inflasi yang tinggi secara bersamaan dengan pertumbuhan ekonomi yang lambat (atau bahkan stagnan) dan tingkat pengangguran yang tinggi.

Kondisi ini sangat tidak ideal karena dua instrumen kebijakan ekonomi utama—kebijakan moneter dan fiskal—menghadapi dilema yang sulit. Biasanya, untuk mengatasi inflasi, bank sentral akan menaikkan suku bunga, yang sayangnya dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi lebih lanjut dan meningkatkan pengangguran. Sebaliknya, kebijakan untuk mendorong pertumbuhan (misalnya, dengan menurunkan suku bunga atau meningkatkan pengeluaran pemerintah) berisiko memperparah inflasi yang sudah tinggi.

Mengapa stagflasi bisa terjadi? Ada beberapa faktor pemicu, di antaranya:

* Guncangan Pasokan: Kenaikan harga komoditas secara tiba-tiba dan signifikan, seperti harga minyak atau pangan, dapat menaikkan biaya produksi bagi banyak perusahaan. Mereka kemudian meneruskan kenaikan biaya ini kepada konsumen dalam bentuk harga yang lebih tinggi, menyebabkan inflasi. Pada saat yang sama, biaya produksi yang lebih tinggi dapat menekan keuntungan perusahaan dan menghambat investasi serta pertumbuhan.

* Kebijakan yang Bertentangan: Kebijakan fiskal dan moneter yang tidak terkoordinasi atau bahkan saling bertentangan dapat menciptakan kondisi stagflasi.

* Ekspektasi Inflasi yang Melekat: Jika masyarakat dan pelaku bisnis memperkirakan inflasi akan terus tinggi, mereka akan bertindak dengan cara yang justru mempertahankan inflasi tersebut (misalnya, meminta kenaikan upah yang lebih tinggi atau menaikkan harga produk).

Stagflasi menjadi mimpi buruk bagi para pembuat kebijakan karena tidak ada solusi tunggal yang mudah. Langkah-langkah yang diambil untuk mengatasi satu masalah (misalnya, inflasi) dapat memperburuk masalah lainnya (misalnya, pengangguran atau pertumbuhan ekonomi). Oleh karena itu, mengatasi stagflasi memerlukan analisis yang mendalam, kebijakan yang cermat, dan seringkali, kesabaran. Kondisi ini mengingatkan kita betapa kompleksnya pengelolaan perekonomian suatu negara.

 

  • Penulis: Muhamad Fatoni

Komentar (0)

Saat ini belum ada komentar

Silahkan tulis komentar Anda

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang bertanda bintang (*) wajib diisi

Rekomendasi Untuk Anda

  • Venture Capital: Panduan Memahami Investasi di Startup Tahap Awal

    Venture Capital: Panduan Memahami Investasi di Startup Tahap Awal

    • calendar_month Ming, 13 Jul 2025
    • account_circle Muhamad Fatoni
    • visibility 4
    • 0Komentar

    Di dunia bisnis yang dinamis, istilah venture capital (VC) atau modal ventura sering terdengar, terutama saat membahas pertumbuhan pesat perusahaan teknologi. Namun, apa sebenarnya venture capital dan bagaimana cara kerjanya? Memahaminya adalah kunci untuk melihat bagaimana ide-ide inovatif bisa berubah menjadi bisnis raksasa. Secara sederhana, venture capital adalah bentuk investasi swasta yang diberikan kepada startup […]

  • Mengapa Kerugian Terasa Lebih Menyakitkan Dibandingkan Keuntungan? (Prospect Theory)

    Mengapa Kerugian Terasa Lebih Menyakitkan Dibandingkan Keuntungan? (Prospect Theory)

    • calendar_month Sen, 14 Jul 2025
    • account_circle Muhamad Fatoni
    • visibility 4
    • 0Komentar

    Pernahkah Anda merasa lebih kecewa saat kehilangan uang Rp100.000 dibandingkan rasa senang saat menemukan nominal yang sama? Jika ya, Anda tidak sendiri. Fenomena psikologis ini adalah inti dari Prospect Theory (Teori Prospek), sebuah konsep pemenang Nobel yang dikembangkan oleh Daniel Kahneman dan Amos Tversky. Teori ini secara fundamental menantang asumsi ekonomi klasik bahwa manusia selalu […]

  • Malam Bainai: Mengungkap Keindahan Tradisi Perawatan Calon Pengantin Minangkabau

    Malam Bainai: Mengungkap Keindahan Tradisi Perawatan Calon Pengantin Minangkabau

    • calendar_month Rab, 16 Jul 2025
    • account_circle Muhamad Fatoni
    • visibility 3
    • 0Komentar

    Minangkabau, dengan adat dan budayanya yang kaya, memiliki serangkaian prosesi pernikahan yang unik dan bermakna. Salah satunya adalah Malam Bainai, sebuah tradisi malam perawatan khusus bagi calon pengantin wanita sebelum hari pernikahan tiba. Tradisi ini bukan hanya sekadar ritual kecantikan, tetapi juga mengandung nilai-nilai luhur dan harapan untuk kehidupan rumah tangga yang bahagia. Secara harfiah, […]

  • Perkembangan CBDC di Berbagai Negara: Masa Depan Mata Uang Fiat

    Perkembangan CBDC di Berbagai Negara: Masa Depan Mata Uang Fiat

    • calendar_month Jum, 11 Jul 2025
    • account_circle Muhamad Fatoni
    • visibility 3
    • 0Komentar

    Perlombaan global untuk menerbitkan Central Bank Digital Currency (CBDC) atau mata uang digital bank sentral terus memanas hingga pertengahan tahun 2025. CBDC pada dasarnya adalah versi digital dari mata uang fiat suatu negara yang diterbitkan dan dijamin langsung oleh bank sentral. Ini bukanlah aset kripto, melainkan evolusi dari uang tunai untuk menjawab kebutuhan ekonomi digital […]

  • Kurva Phillips: Adakah Hubungan Terbalik Antara Inflasi dan Pengangguran?

    Kurva Phillips: Adakah Hubungan Terbalik Antara Inflasi dan Pengangguran?

    • calendar_month Kam, 3 Jul 2025
    • account_circle Muhamad Fatoni
    • visibility 3
    • 0Komentar

    Dalam dunia kebijakan ekonomi, salah satu perdebatan paling klasik adalah hubungan antara inflasi dan pengangguran. Teori fundamental yang membahas dilema ini adalah Kurva Phillips. Diperkenalkan oleh ekonom A.W. Phillips, teori ini pada awalnya menunjukkan adanya hubungan terbalik yang stabil antara tingkat inflasi dan tingkat pengangguran. Secara sederhana, Kurva Phillips menyatakan bahwa untuk mencapai tingkat pengangguran […]

  • Investasi Bertanggung Jawab (SRI): Raih Keuntungan Sambil Berdampak Positif

    Investasi Bertanggung Jawab (SRI): Raih Keuntungan Sambil Berdampak Positif

    • calendar_month Kam, 17 Jul 2025
    • account_circle Muhamad Fatoni
    • visibility 5
    • 0Komentar

    Di era modern ini, kesadaran akan isu lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan (ESG) semakin meningkat. Hal ini juga merambah dunia investasi, melahirkan konsep Investasi Bertanggung Jawab atau Sustainable and Responsible Investing (SRI). SRI bukan sekadar tren, melainkan sebuah pendekatan investasi yang mempertimbangkan faktor-faktor etika dan keberlanjutan selain potensi keuntungan finansial. Apa Itu Investasi Bertanggung […]

expand_less