Mengungkap Rahasia di Balik Arsitektur Tradisional Bali
- account_circle Muhamad Fatoni
- calendar_month Rab, 23 Jul 2025
- visibility 6
- comment 0 komentar

Arsitektur tradisional Bali, yang terlihat pada Pura megah hingga rumah tinggal yang asri, bukanlah sekadar konstruksi indah yang memanjakan mata. Di baliknya tersimpan rahasia filosofi mendalam yang mengatur keharmonisan antara manusia, alam, dan Tuhan. Setiap detail, mulai dari tata letak hingga ukuran, memiliki makna spiritual yang kuat.
Tri Hita Karana sebagai Fondasi Utama
Fondasi utama yang menjadi jiwa dari arsitektur Bali adalah konsep Tri Hita Karana, atau “tiga penyebab kebahagiaan”. Filosofi ini menekankan pentingnya menjaga keseimbangan hidup melalui tiga hubungan harmonis:
Parahyangan: Hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan.
Pawongan: Hubungan yang harmonis antara manusia dengan sesama.
Palemahan: Hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam dan lingkungannya.
Ketiga elemen ini secara cermat diintegrasikan ke dalam desain setiap bangunan.
Asta Kosala Kosali: Aturan Membangun yang Sakral
Jika Tri Hita Karana adalah jiwanya, maka Asta Kosala Kosali adalah raganya. Ini adalah semacam kitab pedoman arsitektur kuno—mirip dengan Feng Shui—yang berisi aturan-aturan teknis yang sangat detail. Pedoman ini mencakup pemilihan hari baik untuk memulai pembangunan, tata cara pengukuran yang menggunakan bagian tubuh pemilik rumah (seperti jengkal dan depa), hingga penentuan tata letak bangunan.
Salah satu konsep penting dalam Asta Kosala Kosali adalah zonasi ruang berdasarkan tingkat kesucian. Misalnya, konsep Tri Angga membagi bangunan secara vertikal menjadi tiga bagian: nista (kaki/dasar), madya (badan/dinding), dan utama (kepala/atap), yang melambangkan dunia bawah, dunia manusia, dan dunia para dewa.
Jadi, rahasia di balik keindahan arsitektur Bali adalah perwujudan fisik dari kearifan lokal yang luhur. Setiap bangunan bukan hanya tempat berlindung, tetapi juga sebuah doa untuk menciptakan ruang hidup yang selaras dengan alam semesta.
- Penulis: Muhamad Fatoni
Saat ini belum ada komentar