Sekaten: Akulturasi Budaya Jawa dan Islam dalam Perayaan Maulid Nabi
- account_circle Muhamad Fatoni
- calendar_month Rab, 2 Jul 2025
- visibility 4
- comment 0 komentar

Perayaan Sekaten adalah sebuah tradisi unik dan meriah yang digelar setiap tahun di Yogyakarta dan Surakarta untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Lebih dari sekadar perayaan hari kelahiran Nabi, Sekaten menjadi simbol akulturasi yang indah antara budaya Jawa kuno dan nilai-nilai Islam yang masuk ke Nusantara.
Nama “Sekaten” dipercaya berasal dari kata Syahadatain (dua kalimat syahadat), yang merupakan fondasi utama dalam agama Islam. Tradisi ini diperkenalkan oleh para Wali Songo sebagai salah satu cara untuk menyebarkan ajaran Islam di Jawa. Dahulu, Sekaten menjadi daya tarik masyarakat untuk datang dan mendengarkan lantunan ayat suci Al-Quran serta kisah kehidupan Nabi Muhammad SAW.
Gamelan Sekati dan Pasar Rakyat
Salah satu ciri khas utama Sekaten adalah alunan merdu Gamelan Sekati. Dua set gamelan pusaka, yaitu Kyai Guntur Madu dan Kyai Naga Wilaga (di Yogyakarta) serta Kyai Guntur Sari dan Kyai Dewa Katong (di Surakarta), ditabuh secara bergantian di Pagongan Keraton selama tujuh hari berturut-turut. Suara gamelan ini dipercaya memiliki daya tarik magis dan menjadi pengiring berbagai prosesi ritual.
Selain alunan gamelan, kemeriahan Sekaten juga ditandai dengan adanya pasar rakyat atau maleman sekaten yang berlangsung selama kurang lebih satu bulan. Pasar ini dipenuhi dengan berbagai macam pedagang yang menjajakan makanan tradisional, pakaian, mainan, hingga berbagai kerajinan. Pasar Sekaten menjadi ruang interaksi sosial dan hiburan bagi masyarakat dari berbagai kalangan.
Puncak acara Sekaten adalah Grebeg Maulud, di mana gunungan yang berisi hasil bumi dan makanan akan diarak dari keraton menuju Masjid Agung. Gunungan ini kemudian diperebutkan oleh masyarakat yang percaya akan membawa berkah. Sekaten adalah perpaduan harmonis antara tradisi lokal dan nilai-nilai Islam, menjadikannya perayaan Maulid Nabi yang kaya makna dan berwarna.
- Penulis: Muhamad Fatoni
Saat ini belum ada komentar