Memahami Tekanan Psikologis Seorang Guru: Apa yang Tidak Terlihat di Balik Meja Pengajar
- account_circle Muhamad Fatoni
- calendar_month Kam, 24 Jul 2025
- visibility 6
- comment 0 komentar

Di mata kita, pekerjaan seorang guru mungkin terlihat rutin: datang ke sekolah, mengajar di kelas, memeriksa tugas, dan mengisi rapor. Namun, di balik meja pengajar itu tersimpan sebuah dunia yang tak terlihat, penuh dengan tekanan psikologis guru yang sering kali luput dari perhatian kita.
Memahami beban ini adalah langkah pertama untuk bisa lebih menghargai profesi mulia mereka secara utuh.
1. Beban Kerja dan Emosional yang Tak Terlihat
Beban kerja guru jauh melampaui jam sekolah. Waktu istirahat mereka sering kali tersita untuk merancang pelajaran yang menarik, mengoreksi puluhan tugas, dan menyelesaikan administrasi yang rumit. Lebih dari itu, ada beban emosional yang berat. Setiap hari, mereka harus mengelola puluhan kepribadian, menjadi pendengar, penasihat, hingga mediator bagi masalah siswa.
2. Tuntutan dari Berbagai Penjuru
Tekanan datang dari berbagai arah secara bersamaan. Ada target kurikulum yang harus dicapai, ekspektasi tinggi dari orang tua, dan kebutuhan siswa yang sangat beragam. Di saat yang sama, masyarakat membebankan tanggung jawab moral yang besar di pundak mereka. Guru dituntut menjadi sosok sempurna yang harus bisa memenuhi semua tuntutan profesi guru tersebut.
3. Kecemasan di Era Digital
Di zaman sekarang, tekanan ini semakin bertambah. Banyak guru merasa cemas dan khawatir salah langkah dalam mendisiplinkan siswa karena takut tindakannya disalahartikan dan menjadi viral. Perasaan was-was ini menambah stres guru dan dapat berujung pada burnout atau kelelahan mental.
Pada akhirnya, kesehatan mental guru adalah pilar penting bagi pendidikan yang berkualitas. Dengan memberikan empati, pengertian, dan dukungan yang nyata, kita tidak hanya membantu meringankan beban mereka, tetapi juga berinvestasi pada kualitas masa depan pendidikan anak-anak kita. Mari hargai guru, bukan hanya sebagai profesi, tetapi sebagai manusia.
- Penulis: Muhamad Fatoni
Saat ini belum ada komentar