Sabtu, 9 Agu 2025
light_mode
Beranda » Budaya » Prosa dan Novel di Era Balai Pustaka: Tonggak Sastra Modern Indonesia

Prosa dan Novel di Era Balai Pustaka: Tonggak Sastra Modern Indonesia

  • account_circle Muhamad Fatoni
  • calendar_month 7 jam yang lalu
  • visibility 3
  • comment 0 komentar

Balai Pustaka, sebuah lembaga penerbitan yang didirikan pada tahun 1908 oleh pemerintah kolonial Belanda, memainkan peran krusial dalam sejarah perkembangan prosa dan novel di Indonesia. Era Balai Pustaka menjadi tonggak penting yang menandai transisi dari tradisi sastra lisan ke sastra modern yang menggunakan format tulisan, terutama novel. Karya-karya yang diterbitkan pada masa ini tidak hanya memperkenalkan bentuk sastra baru, tetapi juga membuka ruang bagi isu-isu sosial dan budaya yang belum pernah diangkat sebelumnya.

Novel-novel awal terbitan Balai Pustaka seringkali disebut sebagai novel Angkatan ’20 atau Roman Balai Pustaka. Ciri khas dari karya-karya ini adalah temanya yang berpusat pada konflik adat dan modernitas, pertentangan antargenerasi, serta masalah perkawinan paksa. Latar belakang cerita seringkali diambil dari kehidupan masyarakat di berbagai daerah, yang memberikan wawasan baru tentang keragaman budaya di Nusantara.

Salah satu karya paling ikonik dari era ini adalah “Sitti Nurbaya: Kasih Tak Sampai” karya Marah Rusli. Novel ini secara berani mengangkat tema kritik terhadap adat dan sistem perkawinan paksa. Selain itu, ada juga “Azab dan Sengsara” karya Merari Siregar yang menyoroti penderitaan akibat adat istiadat yang kaku. Novel-novel ini tidak hanya menjadi bacaan, tetapi juga menjadi cerminan dari pergolakan sosial yang terjadi di masyarakat pada masa itu.

Pengaruh Balai Pustaka terhadap perkembangan sastra Indonesia sangat besar. Lembaga ini memperkenalkan standar penulisan yang baku, membantu para penulis untuk menerbitkan karya mereka secara luas, dan mendorong munculnya penulis-penulis baru. Meskipun Balai Pustaka didirikan oleh pemerintah kolonial, peranannya dalam meletakkan fondasi bagi sastra modern Indonesia tidak bisa diabaikan. Karya-karya yang dihasilkan pada era ini menjadi jembatan antara masa lalu dan masa kini, terus dipelajari dan dikagumi hingga saat ini.

 

  • Penulis: Muhamad Fatoni

Komentar (0)

Saat ini belum ada komentar

Silahkan tulis komentar Anda

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang bertanda bintang (*) wajib diisi

Rekomendasi Untuk Anda

  • Peran Sentral Uranium dalam Perang Dingin: Bahan Bakar Perlombaan Senjata Nuklir

    Peran Sentral Uranium dalam Perang Dingin: Bahan Bakar Perlombaan Senjata Nuklir

    • calendar_month Jum, 18 Jul 2025
    • account_circle Muhamad Fatoni
    • visibility 12
    • 0Komentar

    Jauh sebelum dikenal sebagai sumber energi, uranium adalah elemen paling strategis dan ditakuti di dunia. Selama era Perang Dingin (1947-1991), mineral radioaktif ini menjadi bahan mentah yang mendefinisikan konflik ideologis antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Peran utamanya bukan untuk listrik, melainkan sebagai pemicu utama perlombaan senjata nuklir yang mengancam eksistensi manusia. Setelah Proyek Manhattan […]

  • Memahami Prospektus Reksa Dana Sebelum Berinvestasi

    Memahami Prospektus Reksa Dana Sebelum Berinvestasi

    • calendar_month Jum, 4 Jul 2025
    • account_circle Muhamad Fatoni
    • visibility 15
    • 0Komentar

    Saat membeli produk elektronik, Anda pasti mendapatkan buku manual. Begitu pula dalam investasi, ada dokumen yang wajib dibaca sebelum Anda menaruh dana Anda: Prospektus Reksa Dana. Mengabaikan dokumen ini sama seperti berinvestasi dengan mata tertutup. Prospektus adalah dokumen hukum resmi yang berisi semua informasi fundamental dan mendetail mengenai suatu produk reksa dana, yang telah disetujui […]

  • Apa Itu Keunggulan Komparatif dan Mengapa Ini Mendasari Perdagangan Internasional?

    Apa Itu Keunggulan Komparatif dan Mengapa Ini Mendasari Perdagangan Internasional?

    • calendar_month Kam, 3 Jul 2025
    • account_circle Muhamad Fatoni
    • visibility 14
    • 0Komentar

    Pernahkah Anda bertanya mengapa negara seperti Indonesia mengekspor kopi dan rempah, sementara mengimpor ponsel dari Tiongkok atau Korea Selatan? Jawabannya terletak pada salah satu konsep paling fundamental dalam ekonomi: keunggulan komparatif. Teori ini adalah landasan utama yang menjelaskan mengapa perdagangan internasional saling menguntungkan bagi semua pihak yang terlibat. Dikembangkan oleh ekonom legendaris David Ricardo, keunggulan […]

  • Inovasi Olahraga: Teknologi Meningkatkan Performa Atlet

    Inovasi Olahraga: Teknologi Meningkatkan Performa Atlet

    • calendar_month Sel, 8 Jul 2025
    • account_circle Muhamad Fatoni
    • visibility 11
    • 0Komentar

    Dunia olahraga modern tidak dapat dipisahkan dari inovasi teknologi. Berbagai perangkat dan metode baru terus dikembangkan untuk membantu atlet meningkatkan performa, mencegah cedera, dan memantau kondisi fisik mereka secara lebih akurat. Teknologi telah menjadi elemen kunci dalam mencapai keunggulan kompetitif di berbagai cabang olahraga. Salah satu area inovasi yang signifikan adalah dalam analisis data. Sensor […]

  • Membongkar Rahasia Cicilan 0%: Mengapa Tidak Selalu Gratis?

    Membongkar Rahasia Cicilan 0%: Mengapa Tidak Selalu Gratis?

    • calendar_month 47 menit yang lalu
    • account_circle Muhamad Fatoni
    • visibility 1
    • 0Komentar

    Tawaran cicilan 0% seringkali terdengar menggiurkan. Dengan janji bebas bunga, kita bisa mendapatkan barang impian tanpa harus membayar biaya tambahan. Namun, dari sudut pandang ekonomi, apakah tawaran ini benar-benar semanis yang terlihat? Kenyataannya, di balik janji manis tersebut, seringkali ada biaya tersembunyi yang tidak secara langsung diinformasikan oleh bank atau penyedia layanan. Memahami biaya-biaya ini […]

  • Tantangan dan Arah Kebijakan Fiskal Indonesia Pasca-Pandemi

    Tantangan dan Arah Kebijakan Fiskal Indonesia Pasca-Pandemi

    • calendar_month Sab, 19 Jul 2025
    • account_circle Muhamad Fatoni
    • visibility 12
    • 0Komentar

    Memasuki pertengahan tahun 2025, Indonesia telah melewati fase darurat pandemi, namun “bekas luka” pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) masih terasa. Kini, pemerintah dihadapkan pada babak baru yang menuntut kehati-hatian dalam merumuskan kebijakan fiskal. Tujuannya adalah menyeimbangkan antara kebutuhan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dengan keharusan menyehatkan kembali anggaran negara. Tantangan utama yang dihadapi […]

expand_less