Karungut: Sastra Lisan Suku Dayak Ngaju
- account_circle Muhamad Fatoni
- calendar_month 13 jam yang lalu
- visibility 3
- comment 0 komentar

Karungut adalah salah satu bentuk sastra lisan yang sangat berharga dan merupakan bagian tak terpisahkan dari kebudayaan Suku Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah. Lebih dari sekadar lagu, Karungut adalah syair yang diiringi petikan alat musik kecapi dan mengandung narasi mendalam tentang sejarah, adat istiadat, kearifan lokal, hingga kisah-kisah kehidupan sehari-hari masyarakat Dayak.
Fungsi Karungut sangat beragam. Dalam upacara adat, ia sering digunakan sebagai pengiring ritual seperti pernikahan, upacara kematian (tiwah), atau ritual penyembuhan. Liriknya berisi doa-doa, mantra, dan pesan-pesan moral yang diyakini memiliki kekuatan spiritual. Di sisi lain, Karungut juga berfungsi sebagai media hiburan dan pengikat sosial, di mana masyarakat berkumpul untuk mendengarkan dan mengapresiasi kisah-kisah yang dinyanyikan.
Gaya Karungut sangat khas, dengan melodi yang unik dan lirik yang puitis. Pencipta Karungut, atau yang disebut “seniman Karungut,” memiliki kemampuan untuk berimprovisasi dan merangkai kata-kata secara spontan. Keahlian ini membuat setiap pertunjukan Karungut menjadi unik dan selalu relevan dengan konteks acara.
Seiring dengan perkembangan zaman, Karungut menghadapi tantangan dalam pelestariannya. Kurangnya minat dari generasi muda dan masuknya budaya modern membuat seni ini mulai jarang terdengar. Namun, berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah dan komunitas adat, mulai aktif mengadakan festival, workshop, dan dokumentasi untuk menjaga agar Karungut tidak punah.
Karungut adalah cerminan dari kekayaan intelektual Suku Dayak Ngaju. Setiap syairnya adalah jembatan yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini, mengajarkan kita tentang nilai-nilai luhur dan kearifan lokal yang tersemat dalam setiap melodinya. Melestarikan Karungut berarti menjaga jiwa dan identitas Suku Dayak agar tetap hidup.
- Penulis: Muhamad Fatoni
Saat ini belum ada komentar