Kretek: Lebih dari Sekadar Rokok, Ini Warisan Budaya Indonesia
- account_circle Muhamad Fatoni
- calendar_month Sel, 16 Sep 2025
- visibility 5
- comment 0 komentar

Kretek, rokok khas Indonesia yang aromanya mendunia, memiliki sejarah yang unik dan mendalam, jauh sebelum menjadi industri besar. Asal-usulnya dimulai pada abad ke-19 di Kudus, Jawa Tengah, oleh seorang pria bernama Haji Jamhari. Ia konon mencampurkan cengkeh ke dalam tembakau untuk mengobati sesak napas yang dideritanya. Hasilnya, rasa dan aroma yang dihasilkan tidak hanya menyembuhkan, tetapi juga disukai banyak orang.
Nama “kretek” sendiri berasal dari suara “kretek-kretek” yang muncul saat rokok dibakar. Suara ini dihasilkan oleh cengkeh yang bergesekan dan terbakar. Seiring berjalannya waktu, permintaan akan rokok unik ini meningkat pesat, dan banyak pengusaha lokal mulai memproduksinya secara massal.
Pada awalnya, kretek dibuat secara manual dengan tangan, yang dikenal sebagai kretek tangan atau kretek linting. Proses ini melibatkan ribuan pekerja yang terampil dan menjadi salah satu sumber mata pencaharian utama di daerah tersebut. Dengan munculnya teknologi, beberapa pabrik mulai menggunakan mesin untuk memproduksi kretek, yang dikenal sebagai kretek mesin, untuk memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat.
Meskipun rokok merupakan produk yang kontroversial, kretek tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Indonesia. Aroma khasnya seringkali tercium di acara-acara sosial, warung kopi, atau saat santai di sore hari. Lebih dari itu, kretek telah menciptakan industri yang kuat, menyediakan lapangan kerja, dan menjadi simbol warisan lokal yang diakui dunia.
Hingga kini, kretek terus berinovasi, namun filosofi di baliknya—perpaduan unik antara tembakau dan cengkeh—tetap dipertahankan, menjadikannya salah satu warisan budaya Indonesia yang paling ikonis.
- Penulis: Muhamad Fatoni
Saat ini belum ada komentar