Mappalili: Menjelajahi Keunikan Ritual Turun Sawah Suku Bugis
- account_circle Muhamad Fatoni
- calendar_month Ming, 13 Jul 2025
- visibility 4
- comment 0 komentar

Indonesia kaya akan tradisi agraris yang unik, salah satunya adalah Mappalili, sebuah ritual turun sawah yang sakral bagi masyarakat Suku Bugis di Sulawesi Selatan. Lebih dari sekadar upacara pembukaan musim tanam, Mappalili adalah perwujudan rasa syukur, harapan akan hasil panen melimpah, dan kearifan lokal yang diwariskan secara turun-temurun.
Makna Mendalam di Balik Mappalili
Secara harfiah, “Mappalili” berasal dari kata “lili” yang berarti padi yang tumbuh subur dengan sendirinya. Ritual ini bertujuan untuk memohon restu kepada Sang Pencipta agar tanaman padi terhindar dari hama dan penyakit, serta memberikan hasil panen yang berlimpah. Mappalili bukan hanya sekadar kegiatan seremonial, tetapi juga sebuah representasi dari harmoni antara manusia dan alam.
Prosesi Sakral Mappalili
Pelaksanaan Mappalili melibatkan seluruh komunitas. Dipimpin oleh tokoh adat atau pemangku ritual, serangkaian prosesi dilakukan dengan khidmat. Biasanya, ritual diawali dengan penentuan hari baik berdasarkan perhitungan kalender tradisional Bugis. Kemudian, bibit padi pilihan disemai dengan iringan doa dan mantra. Masyarakat juga menyiapkan sesajian berupa hasil bumi dan hewan ternak sebagai persembahan. Puncak acara biasanya ditandai dengan penanaman bibit padi pertama secara simbolis oleh tokoh adat, diikuti oleh seluruh petani. Suara gendang dan alat musik tradisional Bugis lainnya memeriahkan suasana, menciptakan aura magis dan kebersamaan.
Relevansi Mappalili di Era Modern
Meskipun zaman terus berubah, ritual Mappalili tetap dipertahankan oleh masyarakat Bugis. Tradisi ini bukan hanya menjadi identitas budaya, tetapi juga pengingat akan pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem dan menghargai sumber daya alam. Di tengah modernisasi pertanian, nilai-nilai gotong royong dan kebersamaan yang terkandung dalam Mappalili juga semakin relevan sebagai perekat sosial masyarakat. Dengan memahami dan melestarikan Mappalili, kita turut menjaga kekayaan budaya Indonesia dan menghormati kearifan lokal yang telah teruji zaman.
- Penulis: Muhamad Fatoni
Saat ini belum ada komentar