Sejarah Gula Merah: Pemanis Alami Nusantara
- account_circle Muhamad Fatoni
- calendar_month Kam, 4 Sep 2025
- visibility 42
- comment 0 komentar

Gula merah, atau sering juga disebut gula jawa atau gula aren, bukan sekadar pemanis. Ia adalah bagian tak terpisahkan dari sejarah dan budaya kuliner Nusantara, menjadi saksi bisu perjalanan waktu dan kearifan lokal dalam mengolah sumber daya alam. Jauh sebelum gula pasir dari tebu populer, gula merah telah menjadi pemanis utama yang diproduksi secara tradisional, mengalirkan cita rasa khas pada setiap hidangan.
Proses pembuatan gula merah adalah warisan turun-temurun yang menunjukkan kesabaran dan keahlian. Dimulai dengan menyadap nira dari pohon kelapa atau aren, petani kemudian mengumpulkan cairan manis ini. Nira segar tersebut lalu dimasak di atas tungku besar selama berjam-jam hingga mengental. Saat mencapai kekentalan yang pas, adonan gula panas ini dicetak menggunakan batok kelapa atau cetakan bambu, menciptakan bentuk-bentuk yang unik dan ikonik.
Selain menjadi pemanis pada minuman seperti wedang jahe atau dawet, gula merah juga berperan vital dalam berbagai masakan tradisional. Kue klepon, lupis, hingga cendol tak akan lengkap tanpa siraman gula merah yang kental dan legit. Dalam masakan gurih, gula merah sering digunakan untuk menyeimbangkan rasa, misalnya dalam bumbu rendang, bacem, atau saus pada rujak.
Meskipun sederhana, gula merah memiliki profil rasa yang kompleks, dengan sentuhan karamel, smoky, dan sedikit aroma buah. Keunikannya ini tidak bisa digantikan oleh pemanis lain, menjadikannya bahan esensial yang membedakan masakan asli Indonesia. Gula merah adalah bukti nyata bagaimana tradisi dan alam bersinergi untuk menciptakan kelezatan yang tak lekang oleh waktu, menjadi warisan kuliner yang terus dijaga hingga kini.
- Penulis: Muhamad Fatoni

Saat ini belum ada komentar