Sistem Matrilineal Minangkabau: Saat Garis Keturunan Ibu Menjadi yang Utama
- account_circle Muhamad Fatoni
- calendar_month Sen, 30 Jun 2025
- visibility 9
- comment 0 komentar

Di tengah keragaman budaya Indonesia, suku Minangkabau di Sumatera Barat menonjol dengan sistem sosialnya yang unik: sistem matrilineal. Berbeda dari sistem patrilineal yang umum di banyak tempat, sistem ini menempatkan garis keturunan ibu sebagai poros utama dalam kehidupan masyarakat, warisan, dan adat.
Dalam adat Minang, garis keturunan dan suku diwariskan dari pihak ibu. Seorang anak secara otomatis akan menjadi bagian dari suku ibunya, bukan ayahnya. Hal ini berdampak langsung pada sistem pewarisan, terutama pada harta pusako tinggi—harta warisan kaum seperti rumah gadang dan sawah ladang—yang diwariskan dari generasi ke generasi melalui garis perempuan untuk menjamin kesejahteraan kaum.
Peran Khas Perempuan dan Laki-laki
Sistem matrilineal memberikan perempuan Minang posisi yang sangat terhormat, sering dijuluki sebagai Bundo Kanduang, simbol ibu dan penjaga adat. Merekalah yang menjadi sentral dalam keluarga besar dan menjadi pemilik warisan kaum. Namun, ini bukan berarti laki-laki tidak memiliki peran penting.
Laki-laki Minang memiliki peran ganda. Sebagai sumando (suami), ia adalah tamu terhormat di rumah istrinya. Namun, perannya yang paling vital adalah sebagai mamak (paman dari pihak ibu). Seorang mamak bertanggung jawab penuh atas kesejahteraan dan pendidikan keponakannya (kemenakan), termasuk dalam urusan adat dan pengelolaan harta pusaka.
Sistem matrilineal Minangkabau bukanlah tentang superioritas perempuan atas laki-laki, melainkan sebuah tatanan sosial yang harmonis dengan pembagian peran yang jelas. Sistem ini menjadi bukti kekayaan budaya Indonesia yang menempatkan perempuan pada posisi sentral sebagai penjaga kehormatan, keturunan, dan keberlangsungan adat.
- Penulis: Muhamad Fatoni
Saat ini belum ada komentar