Jangan Hanya Bertanya ‘Dapat Nilai Berapa?’, Ini Pertanyaan yang Lebih Baik untuk Ditanyakan kepada Guru
- account_circle Muhamad Fatoni
- calendar_month 4 jam yang lalu
- visibility 2
- comment 0 komentar

Sebagai orang tua, wajar jika kita peduli dengan prestasi akademik anak. Namun, fokus berlebihan pada “dapat nilai berapa?” seringkali membatasi pemahaman kita tentang proses belajar anak. Pertanyaan tunggal ini gagal menangkap dinamika kelas, kemajuan individu, atau tantangan yang mungkin dihadapi anak. Ada pertanyaan yang jauh lebih bermakna yang bisa kita ajukan kepada guru, yang tidak hanya memberikan gambaran lebih lengkap, tetapi juga membangun kemitraan yang kuat antara rumah dan sekolah.
Fokus pada Proses, Bukan Hanya Hasil
Alih-alih langsung menanyakan nilai, cobalah pertanyaan yang menggali proses belajar anak. Misalnya:
“Bagaimana partisipasi anak saya di kelas?” Pertanyaan ini membuka diskusi tentang keterlibatan anak dalam diskusi, kerja kelompok, atau aktivitas lain yang menunjukkan minat dan pemahaman mereka. Partisipasi aktif seringkali menjadi indikator yang lebih baik daripada sekadar nilai ujian.
“Area mana yang menjadi kekuatan utama anak saya, dan di mana ia bisa lebih berkembang?” Ini membantu kita memahami bakat alami anak dan sekaligus mengidentifikasi area yang membutuhkan perhatian lebih. Guru dapat memberikan contoh spesifik tentang bagaimana anak unggul atau berjuang dalam mata pelajaran tertentu.
“Apakah ada perubahan perilaku atau sikap belajar yang Ibu/Bapak amati baru-baru ini?” Terkadang, perubahan kecil dalam perilaku bisa menjadi sinyal adanya masalah atau kemajuan yang signifikan. Guru yang menghabiskan banyak waktu dengan anak dapat melihat nuansa yang mungkin terlewat oleh kita di rumah.
Membangun Kemitraan yang Efektif
Pertanyaan-pertanyaan ini tidak hanya memberikan informasi yang lebih kaya, tetapi juga menunjukkan kepada guru bahwa kita peduli dengan perkembangan holistik anak, bukan hanya angka di rapor. Ini membuka pintu bagi kolaborasi yang lebih efektif. Ketika orang tua dan guru bekerja sama, mereka dapat mengidentifikasi strategi terbaik untuk mendukung anak, baik dalam bidang akademik maupun sosial-emosional.
Dengan mengubah fokus dari sekadar angka menjadi perkembangan komprehensif, kita memberdayakan anak untuk melihat belajar sebagai perjalanan, bukan hanya tujuan akhir. Ini juga memperkuat hubungan yang penting antara guru, siswa, dan orang tua, menciptakan lingkungan belajar yang lebih mendukung dan positif.
- Penulis: Muhamad Fatoni
Saat ini belum ada komentar