Jejak Uranium dalam Fiksi Ilmiah dan Budaya Populer: Dari Super-Fuel hingga Monster
- account_circle Muhamad Fatoni
- calendar_month Sab, 19 Jul 2025
- visibility 9
- comment 0 komentar

Dengan citra kekuatan dahsyat sekaligus bahaya tak terlihat, uranium menjadi bahan bakar sempurna untuk imajinasi para kreator di dunia fiksi ilmiah dan budaya populer. Sejak era atom dimulai, elemen radioaktif ini telah menjadi simbol kuat, berfungsi sebagai sumber keajaiban teknologi, pemicu bencana, atau macguffin (objek pemicu plot) yang diperebutkan.
Sumber Kekuatan dan Teknologi Canggih
Di satu sisi, uranium dan konsep radioaktivitas sering digambarkan sebagai kunci untuk kekuatan super dan teknologi futuristik. Salah satu contoh paling ikonik adalah mesin waktu DeLorean dalam film Back to the Future, yang membutuhkan plutonium—elemen yang dihasilkan dari uranium—untuk menghasilkan 1.21 gigawatt daya. Dalam dunia komik, elemen fiktif yang terinspirasi dari sifat strategis dan kekuatan uranium, seperti Vibranium di Marvel, menjadi dasar teknologi canggih. Bahkan Kryptonite, kelemahan Superman, adalah “batu radioaktif” yang menunjukkan betapa melekatnya konsep radiasi dalam narasi kekuatan super.
Pemicu Bencana dan Kelahiran Monster
Di sisi lain, budaya populer secara masif mengeksplorasi sisi gelap uranium: ancaman kehancuran dan mutasi. Godzilla adalah perwujudan paling legendaris dari ketakutan ini, sesosok monster raksasa yang lahir dari radiasi uji coba bom atom. Ia menjadi metafora berjalan untuk kecemasan pascaperang terhadap senjata nuklir. Dunia dalam seri video game populer Fallout sepenuhnya dibangun di atas premis ini, menggambarkan peradaban yang hancur akibat perang nuklir di mana radiasi menjadi ancaman lingkungan yang konstan. Film klasik seperti Dr. Strangelove bahkan menggunakan ancaman bom uranium sebagai subjek satir kelam tentang absurditas perang nuklir.
Baik sebagai bahan bakar mobil penjelajah waktu maupun pemicu kiamat monster, uranium dalam budaya populer mencerminkan dualisme harapan dan ketakutan masyarakat terhadap teknologi nuklir. Kehadirannya yang konsisten membuktikan betapa dalam era atom telah meresap ke dalam imajinasi kolektif kita.
- Penulis: Muhamad Fatoni
Saat ini belum ada komentar