Inflasi Inti vs. Inflasi Utama: Mana yang Lebih Diperhatikan Bank Sentral?
- account_circle Muhamad Fatoni
- calendar_month Ming, 14 Sep 2025
- visibility 10
- comment 0 komentar

Dalam dunia ekonomi, sering kali kita mendengar dua istilah yang berkaitan dengan kenaikan harga: inflasi utama (headline inflation) dan inflasi inti (core inflation). Keduanya sama-sama mengukur laju kenaikan harga, namun dengan fokus yang berbeda. Memahami perbedaan ini sangat krusial, terutama untuk mengetahui bagaimana bank sentral, seperti Bank Indonesia, mengambil keputusan kebijakan moneter.
Inflasi Utama: Gambaran Lengkap
Inflasi utama adalah angka inflasi total yang paling sering dilaporkan di media. Angka ini mencerminkan kenaikan harga dari seluruh keranjang barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat, termasuk komoditas yang harganya sangat fluktuatif, seperti makanan dan energi. Kenaikan harga bensin atau beras yang tajam, misalnya, akan langsung tercermin pada angka inflasi utama. Oleh karena itu, inflasi utama sering kali bergejolak dan mencerminkan “suasana harian” yang dirasakan langsung oleh masyarakat.
Inflasi Inti: Tren yang Mendasari
Berbeda dengan inflasi utama, inflasi inti mengesampingkan komponen harga yang mudah bergejolak, yaitu makanan yang diatur pemerintah dan energi. Bank sentral menganggap perubahan harga di sektor ini sering kali disebabkan oleh faktor eksternal atau musiman yang sulit dikendalikan oleh kebijakan moneter, seperti bencana alam atau dinamika harga minyak global.
Karena itu, inflasi inti memberikan gambaran yang lebih akurat tentang tren inflasi jangka panjang yang didorong oleh faktor-faktor fundamental seperti permintaan domestik, ekspektasi inflasi, dan nilai tukar. Angka ini dianggap sebagai cerminan yang lebih murni dari tekanan permintaan-penawaran dalam perekonomian.
Fokus Bank Sentral
Jadi, mana yang lebih diperhatikan? Bank sentral cenderung lebih fokus pada inflasi inti. Alasannya, kebijakan moneter seperti menaikkan atau menurunkan suku bunga membutuhkan waktu untuk memberikan dampak. Jika bank sentral bereaksi terhadap setiap lonjakan harga makanan atau energi yang bersifat sementara, kebijakan mereka bisa menjadi tidak stabil dan justru membingungkan pasar.
Dengan berfokus pada inflasi inti, bank sentral bisa membuat keputusan kebijakan yang lebih terarah dan stabil, yang bertujuan untuk mengendalikan inflasi yang sifatnya persisten atau fundamental.
- Penulis: Muhamad Fatoni
Saat ini belum ada komentar