Kurva Phillips: Adakah Hubungan Terbalik Antara Inflasi dan Pengangguran?
- account_circle Muhamad Fatoni
- calendar_month Kam, 3 Jul 2025
- visibility 3
- comment 0 komentar

Dalam dunia kebijakan ekonomi, salah satu perdebatan paling klasik adalah hubungan antara inflasi dan pengangguran. Teori fundamental yang membahas dilema ini adalah Kurva Phillips. Diperkenalkan oleh ekonom A.W. Phillips, teori ini pada awalnya menunjukkan adanya hubungan terbalik yang stabil antara tingkat inflasi dan tingkat pengangguran.
Secara sederhana, Kurva Phillips menyatakan bahwa untuk mencapai tingkat pengangguran yang lebih rendah, sebuah negara mungkin harus menerima tingkat inflasi yang lebih tinggi, dan sebaliknya. Logikanya, ketika pemerintah atau bank sentral mendorong pertumbuhan ekonomi untuk mengurangi pengangguran, permintaan agregat akan meningkat. Perusahaan akan merekrut lebih banyak pekerja, namun permintaan yang kuat ini juga akan mendorong kenaikan upah dan harga barang, yang memicu inflasi.
Namun, apakah hubungan ini masih relevan? Pengalaman sejarah, terutama pada era 1970-an, menantang teori ini. Dunia menyaksikan fenomena stagflasi, di mana tingkat inflasi dan pengangguran sama-sama tinggi, sesuatu yang seharusnya tidak mungkin menurut Kurva Phillips versi awal. Para ekonom kemudian menyadari peran krusial dari ekspektasi inflasi.
Pada praktiknya, hubungan terbalik ini lebih sering berlaku dalam jangka pendek. Jika masyarakat dan pekerja mulai mengantisipasi inflasi tinggi di masa depan, mereka akan menuntut kenaikan upah yang lebih tinggi, yang dapat menghilangkan “keuntungan” inflasi dalam mengurangi pengangguran. Akibatnya, dalam jangka panjang, banyak ekonom percaya bahwa Kurva Phillips berbentuk vertikal pada tingkat pengangguran alamiah.
Jadi, adakah hubungan terbalik? Ya, namun hanya sebagai sebuah trade-off jangka pendek bagi para pembuat kebijakan. Kurva Phillips tetap menjadi alat analisis penting, namun dengan pemahaman bahwa ia bukanlah hukum besi, melainkan sebuah hubungan dinamis yang sangat dipengaruhi oleh ekspektasi publik.
- Penulis: Muhamad Fatoni
Saat ini belum ada komentar