Minggu, 26 Okt 2025
light_mode
Beranda » Budaya » Merariq: Tradisi Kawin Lari Suku Sasak yang Penuh Gengsi dan Keberanian

Merariq: Tradisi Kawin Lari Suku Sasak yang Penuh Gengsi dan Keberanian

  • account_circle Muhamad Fatoni
  • calendar_month Kam, 3 Jul 2025
  • visibility 42
  • comment 0 komentar

Lombok, permata Nusa Tenggara Barat, menyimpan kekayaan budaya yang memukau, salah satunya adalah tradisi perkawinan unik bernama Merariq. Bagi Suku Sasak, Merariq bukan sekadar kawin lari biasa, melainkan sebuah ritual adat yang sarat akan gengsi dan keberanian. Prosesinya yang khas dan syarat makna menjadikannya daya tarik tersendiri sekaligus cerminan nilai-nilai sosial masyarakat Sasak.

Secara harfiah, Merariq berarti “melarikan diri.” Namun, dalam konteks adat Sasak, tindakan ini dilakukan dengan perencanaan matang dan persetujuan dari pihak mempelai wanita. Biasanya, pihak pria akan memberitahukan niatnya kepada keluarga wanita, meskipun seringkali dilakukan secara diam-diam untuk menghindari proses lamaran formal yang panjang dan rumit.

Keberanian menjadi kunci utama dalam tradisi Merariq. Pihak pria dituntut untuk berani “menculik” calon istrinya, meskipun seringkali hanya bersifat simbolis. Setelah berhasil membawa pergi sang wanita, pihak keluarga pria akan memberitahukan keluarga wanita mengenai keberadaan putri mereka. Selanjutnya, kedua belah pihak keluarga akan bertemu untuk melakukan proses “nyelabar” atau perundingan damai dan penetapan mas kawin.

Gengsi dalam Merariq terletak pada bagaimana proses “penculikan” ini dilakukan. Semakin lancar dan tanpa hambatan, semakin tinggi pula gengsi pihak pria di mata masyarakat. Selain itu, kemampuan pihak pria dalam menyelesaikan proses nyelabar dengan baik juga turut menentukan status sosialnya.

Meskipun terkesan kontroversial, Merariq memiliki akar sejarah yang kuat dalam masyarakat Sasak. Tradisi ini dianggap sebagai cara yang efektif untuk menghindari biaya pernikahan yang tinggi dan rumitnya birokrasi adat. Namun, seiring perkembangan zaman, Merariq juga mengalami penyesuaian. Saat ini, banyak pasangan yang melakukan Merariq sebagai simbol kemandirian dan keberanian dalam memilih pasangan hidup, dengan tetap menghormati nilai-nilai adat yang berlaku. Merariq bukan lagi sekadar kawin lari, tetapi sebuah simbol keberanian, gengsi, dan kekayaan budaya Suku Sasak yang patut dilestarikan.

 

  • Penulis: Muhamad Fatoni

Komentar (0)

Saat ini belum ada komentar

Silahkan tulis komentar Anda

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang bertanda bintang (*) wajib diisi

Rekomendasi Untuk Anda

  • Tedak Siten: Makna di Balik Tradisi Injak Tanah Pertama bagi Bayi Jawa

    Tedak Siten: Makna di Balik Tradisi Injak Tanah Pertama bagi Bayi Jawa

    • calendar_month Ming, 29 Jun 2025
    • account_circle Muhamad Fatoni
    • visibility 68
    • 0Komentar

    Dalam khazanah budaya Jawa yang kaya, Tedak Siten menjadi salah satu upacara adat yang penuh makna. Berasal dari kata “tedak” (turun atau menginjak) dan “siten” atau “siti” (tanah), tradisi ini digelar saat seorang bayi berusia sekitar tujuh atau delapan bulan, sebagai penanda ia siap untuk pertama kalinya menapakkan kaki di bumi. Upacara ini bukan sekadar […]

  • Kraton Yogyakarta: Jendela Sejarah dan Budaya Kesultanan Mataram

    Kraton Yogyakarta: Jendela Sejarah dan Budaya Kesultanan Mataram

    • calendar_month Sen, 18 Agu 2025
    • account_circle Muhamad Fatoni
    • visibility 26
    • 0Komentar

    Kraton Yogyakarta bukan hanya sebuah bangunan bersejarah, melainkan pusat kebudayaan dan pemerintahan bagi Kesultanan Yogyakarta. Terletak di jantung Kota Yogyakarta, tempat ini adalah jendela yang membawa kita langsung ke masa lalu, memahami sejarah, tradisi, dan filosofi hidup keluarga kerajaan Mataram. Mengunjungi Kraton adalah pengalaman yang mendalam dan penuh makna. Begitu memasuki kompleks Kraton, Anda akan […]

  • Pemanfaatan Alga: Bio-stimulan Alami untuk Pertumbuhan Tanaman Optimal

    Pemanfaatan Alga: Bio-stimulan Alami untuk Pertumbuhan Tanaman Optimal

    • calendar_month Ming, 17 Agu 2025
    • account_circle Muhamad Fatoni
    • visibility 36
    • 0Komentar

    Di tengah upaya mencari solusi pertanian yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan di Indonesia, alga muncul sebagai sumber daya alam yang menjanjikan. Berbagai jenis alga, baik mikro maupun makro (rumput laut), memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan sebagai bio-stimulan pertumbuhan tanaman. Kandungan nutrisi dan senyawa bioaktif dalam alga dapat meningkatkan kesehatan tanah, merangsang pertumbuhan tanaman, dan […]

  • Memahami Tekanan Psikologis Seorang Guru: Apa yang Tidak Terlihat di Balik Meja Pengajar

    Memahami Tekanan Psikologis Seorang Guru: Apa yang Tidak Terlihat di Balik Meja Pengajar

    • calendar_month Kam, 24 Jul 2025
    • account_circle Muhamad Fatoni
    • visibility 41
    • 0Komentar

    Di mata kita, pekerjaan seorang guru mungkin terlihat rutin: datang ke sekolah, mengajar di kelas, memeriksa tugas, dan mengisi rapor. Namun, di balik meja pengajar itu tersimpan sebuah dunia yang tak terlihat, penuh dengan tekanan psikologis guru yang sering kali luput dari perhatian kita. Memahami beban ini adalah langkah pertama untuk bisa lebih menghargai profesi […]

  • Hipotesis Ekspektasi Rasional: Ketika Masyarakat Lebih Cerdas dari Kebijakan

    Hipotesis Ekspektasi Rasional: Ketika Masyarakat Lebih Cerdas dari Kebijakan

    • calendar_month Ming, 31 Agu 2025
    • account_circle Muhamad Fatoni
    • visibility 17
    • 0Komentar

    Dalam dunia ekonomi, bagaimana individu dan pasar bereaksi terhadap kebijakan pemerintah adalah kunci. Salah satu konsep paling revolusioner yang mencoba menjelaskan hal ini adalah Hipotesis Ekspektasi Rasional (Rational Expectations Hypothesis). Hipotesis ini menyatakan bahwa individu dan pelaku ekonomi tidak hanya bereaksi terhadap informasi yang tersedia saat ini, tetapi juga menggunakan semua informasi yang relevan, termasuk […]

  • Mengatasi Polemik: Peran LMKN dalam Mediasi Sengketa Hak Cipta

    Mengatasi Polemik: Peran LMKN dalam Mediasi Sengketa Hak Cipta

    • calendar_month Sen, 18 Agu 2025
    • account_circle Muhamad Fatoni
    • visibility 45
    • 0Komentar

    Industri musik sering diwarnai oleh berbagai sengketa, terutama terkait penggunaan karya cipta. Dalam situasi ini, kehadiran Lembaga Manajemen Kolektif Nasional (LMKN) menjadi sangat krusial. LMKN tidak hanya berperan sebagai pengumpul royalti, tetapi juga sebagai mediator yang efektif dalam mengatasi polemik dan sengketa hak cipta, menjembatani kepentingan berbagai pihak agar mencapai solusi yang adil. Sengketa hak […]

expand_less