Sejarah Penemuan Uranium: Dari Batuan Kuning hingga Era Atom
- account_circle pinter dikit
- calendar_month Ming, 29 Jun 2025
- visibility 4
- comment 0 komentar

Uranium kini dikenal sebagai bahan bakar utama pembangkit listrik tenaga nuklir, namun perjalanannya dalam sejarah sains dimulai jauh sebelum era atom. Memahami sejarah penemuan uranium membawa kita kembali ke abad ke-18, saat elemen ini pertama kali diidentifikasi dari batuan yang dianggap tidak berharga.
Penemuan uranium secara resmi diatribusikan kepada ahli kimia Jerman, Martin Heinrich Klaproth, pada tahun 1789. Saat menganalisis mineral pitchblende dari tambang perak di Bohemia, ia menyimpulkan bahwa mineral tersebut mengandung elemen baru yang belum pernah dikenal. Sebagai penghormatan atas penemuan planet Uranus oleh William Herschel delapan tahun sebelumnya, Klaproth menamai elemen baru ini “uranium”.
Meskipun sudah ditemukan, pemanfaatan awal uranium sangat terbatas dan jauh dari aplikasi nuklir. Selama hampir satu abad, senyawa uranium oksida主に digunakan sebagai pewarna dalam industri kaca dan keramik. Penambahan uranium dalam jumlah kecil dapat menghasilkan warna kuning cerah hingga hijau yang dikenal sebagai “kaca vaseline”. Ini menjadi satu-satunya aplikasi komersial yang signifikan untuk elemen tersebut.
Titik balik terbesar dalam sejarah uranium terjadi pada tahun 1896, ketika fisikawan Prancis, Henri Becquerel, secara tidak sengaja menemukan sifat radioaktivitas saat meneliti garam uranium. Penemuan inilah yang membuka gerbang bagi penelitian lebih lanjut oleh Marie dan Pierre Curie, dan pada akhirnya mengarah pada penemuan fisi nuklir pada akhir 1930-an. Sejak saat itu, takdir uranium berubah selamanya, dari sekadar pewarna kaca menjadi elemen paling kuat yang pernah dikenal manusia, menandai dimulainya era atom.
- Penulis: pinter dikit
Saat ini belum ada komentar