Tiwah: Mengenal Ritual Megah Mengantar Arwah Leluhur Suku Dayak Ngaju
- account_circle Muhamad Fatoni
- calendar_month Jum, 11 Jul 2025
- visibility 3
- comment 0 komentar

Bagi Suku Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah, kematian bukanlah akhir, melainkan awal dari sebuah perjalanan panjang menuju alam keabadian. Puncak dari perjalanan ini ditandai oleh Tiwah, sebuah ritual kematian tingkat akhir yang paling besar, megah, dan sakral. Tiwah bukanlah upacara pemakaman biasa, melainkan sebuah kewajiban suci untuk mengantarkan arwah leluhur (Liau) menuju surga atau Lewu Tatau.
Ritual ini tidak dilaksanakan sesaat setelah seseorang meninggal, melainkan bisa bertahun-tahun kemudian, menunggu kesiapan keluarga secara finansial dan spiritual. Upacara Tiwah yang berlangsung berhari-hari ini menjadi pesta besar bagi seluruh desa, dipenuhi dengan tarian, musik gong, dan nyanyian sakral.
Prosesi Sakral Menuju Kesempurnaan Arwah
Inti dari prosesi Tiwah adalah memindahkan tulang-belulang jenazah dari makam sementara ke sebuah bangunan kecil yang indah bernama Sandung. Sandung adalah rumah abadi bagi para arwah. Prosesi ini diyakini menyempurnakan perjalanan arwah sehingga dapat diterima di Lewu Tatau dan terhindar dari menjadi roh penasaran.
Upacara ini juga melibatkan persembahan kurban, seperti ayam, babi, hingga kerbau, yang dipercaya akan menjadi bekal dan kendaraan bagi arwah di alam baka. Bagi keluarga yang menyelenggarakannya, Tiwah adalah bentuk bakti dan cinta tertinggi kepada leluhur mereka, sekaligus melepaskan segala ikatan duniawi.
Tiwah lebih dari sekadar upacara; ia adalah ekspresi kompleks dari teologi, seni, dan tatanan sosial masyarakat Dayak Ngaju. Ritual megah ini merupakan warisan budaya tak benda yang menunjukkan betapa dalamnya penghormatan mereka terhadap siklus kehidupan dan arwah para pendahulu.
- Penulis: Muhamad Fatoni
Saat ini belum ada komentar