Mengukur Jejak Radioaktif: Dampak Lingkungan dari Penambangan Uranium
- account_circle Muhamad Fatoni
- calendar_month Sel, 1 Jul 2025
- visibility 3
- comment 0 komentar

Meskipun uranium merupakan sumber energi yang signifikan, proses penambangan uranium membawa konsekuensi serius terhadap lingkungan. Pemahaman mendalam tentang dampak lingkungan penambangan uranium sangat penting untuk memastikan praktik yang bertanggung jawab dan mitigasi risiko yang efektif.
Kerusakan Habitat dan Erosi Tanah
Salah satu dampak langsung dari penambangan uranium, terutama metode terbuka, adalah kerusakan habitat alami. Pembukaan lahan untuk tambang menghilangkan vegetasi, mengganggu ekosistem, dan dapat menyebabkan fragmentasi habitat satwa liar. Selain itu, proses penggalian dan pemindahan material dalam skala besar meningkatkan risiko erosi tanah dan sedimentasi di sungai dan badan air di sekitarnya.
Kontaminasi Air dan Tanah
Dampak lingkungan yang paling signifikan dari penambangan uranium adalah potensi kontaminasi air dan tanah. Air asam tambang (acid mine drainage), yang terbentuk ketika sulfida dalam batuan terbuka bereaksi dengan air dan oksigen, dapat melarutkan logam berat dan radionuklida seperti uranium dan radium. Air yang terkontaminasi ini dapat merembes ke dalam sumber air tanah dan aliran permukaan, membahayakan kualitas air dan kesehatan ekosistem akuatik serta manusia yang bergantung padanya.
Selain itu, debu radioaktif dari operasi penambangan dan tailing (limbah padat sisa pengolahan bijih) yang tidak dikelola dengan baik dapat mencemari tanah dan udara di sekitar area pertambangan. Radionuklida dalam tailing memiliki waktu paruh yang sangat panjang, sehingga potensi kontaminasi dapat berlangsung selama ribuan tahun.
Emisi Radon dan Debu Radioaktif
Proses penambangan dan pengolahan uranium juga dapat melepaskan gas radon, unsur radioaktif alami yang dapat terakumulasi di ruang tertutup dan meningkatkan risiko kanker paru-paru jika terhirup dalam jangka panjang. Debu yang mengandung partikel radioaktif juga dapat terlepas ke udara dan tersebar oleh angin, berpotensi mencemari area yang lebih luas.
Untuk meminimalkan dampak lingkungan penambangan uranium, diperlukan praktik pengelolaan lingkungan yang ketat, termasuk pengendalian air asam tambang, pengelolaan tailing yang aman, pemantauan kualitas air dan udara secara berkelanjutan, serta reklamasi lahan pasca-tambang. Teknologi penambangan in-situ leaching (ISL) sering dianggap memiliki dampak permukaan yang lebih kecil, namun tetap memerlukan pengelolaan yang hati-hati untuk mencegah kontaminasi air tanah.
- Penulis: Muhamad Fatoni
Saat ini belum ada komentar