Dampak Ekonomi Perubahan Iklim di Negara Agraris dan Kepulauan
- account_circle Muhamad Fatoni
- calendar_month Jum, 18 Jul 2025
- visibility 8
- comment 0 komentar

Perubahan iklim bukan lagi sekadar isu lingkungan, melainkan telah menjadi ancaman nyata bagi stabilitas ekonomi global. Bagi negara dengan corak agraris dan kepulauan seperti Indonesia, dampak ekonomi dari perubahan iklim terasa jauh lebih tajam karena ketergantungan yang tinggi pada sumber daya alam darat dan laut.
Ancaman ini datang dari dua arah yang saling berkaitan.
Pertama, sebagai negara agraris, sektor pertanian menjadi jantung kehidupan jutaan orang dan pilar ketahanan pangan. Perubahan iklim mengacaukan pola cuaca, menyebabkan pergeseran musim tanam, kekeringan ekstrem, serta banjir yang tak terduga. Kondisi ini meningkatkan risiko gagal panen secara signifikan. Penurunan produktivitas pertanian tidak hanya berarti kerugian finansial bagi petani, tetapi juga memicu kenaikan harga pangan di pasar, menekan daya beli masyarakat, dan mengganggu stabilitas ekonomi makro.
Kedua, sebagai negara kepulauan, ancaman datang dari laut. Kenaikan permukaan air laut menjadi ancaman langsung yang merusak infrastruktur pesisir vital seperti pelabuhan, jalan, dan pemukiman penduduk. Abrasi pantai menggerus daratan, sementara intrusi air laut merusak lahan pertanian di wilayah pesisir. Selain itu, pemanasan suhu laut menyebabkan pemutihan terumbu karang yang merupakan ekosistem penting bagi ikan. Hal ini secara langsung memukul sektor perikanan, mengurangi hasil tangkapan, dan mengancam mata pencaharian jutaan nelayan.
Kombinasi dari melemahnya sektor pertanian dan kelautan menciptakan tekanan ekonomi yang luar biasa. Oleh karena itu, investasi dalam strategi adaptasi—seperti mengembangkan varietas tanaman tahan iklim dan membangun infrastruktur pesisir yang tangguh—bukan lagi pilihan, melainkan sebuah keharusan ekonomi untuk melindungi masa depan negara.
- Penulis: Muhamad Fatoni
Saat ini belum ada komentar