Senin, 29 Sep 2025
light_mode
Beranda » Inovasi » Menjaga Tanaman, Menghemat Air: Inovasi Irigasi Bawah Permukaan

Menjaga Tanaman, Menghemat Air: Inovasi Irigasi Bawah Permukaan

  • account_circle Muhamad Fatoni
  • calendar_month Jum, 12 Sep 2025
  • visibility 11
  • comment 0 komentar

Kelangkaan air bersih dan tantangan perubahan iklim menuntut sektor pertanian untuk lebih efisien dalam penggunaan air. Salah satu inovasi paling menjanjikan adalah irigasi bawah permukaan atau Subsurface Drip Irrigation (SDI). Berbeda dengan irigasi konvensional, metode ini mengalirkan air langsung ke akar tanaman, meminimalkan pemborosan dan mengoptimalkan setiap tetes air.

Bagaimana Irigasi Bawah Permukaan Bekerja?

Alih-alih menyiram dari atas, sistem irigasi bawah permukaan menggunakan jaringan pipa atau selang berlubang yang ditanam di bawah permukaan tanah, tepat di zona perakaran tanaman. Pompa air mengalirkan air bertekanan rendah melalui selang ini, dan air menetes perlahan-lahan ke dalam tanah. Metode ini memastikan air dan nutrisi terserap langsung oleh akar, tanpa ada yang hilang akibat penguapan di permukaan atau limpasan air.

Efisiensi Air dan Manfaat Ganda

Keuntungan utama dari SDI adalah efisiensi air yang sangat tinggi, mencapai 95%. Angka ini jauh lebih baik dibandingkan irigasi konvensional yang sering kali membuang banyak air. Selain itu, SDI juga membawa manfaat lain:

Mengurangi Gulma: Karena permukaan tanah tetap kering, pertumbuhan gulma dapat ditekan secara alami, mengurangi kebutuhan herbisida.

Mencegah Penyakit: Daun tanaman tidak basah, sehingga risiko penyebaran penyakit jamur dan bakteri dapat diminimalkan.

Mengoptimalkan Nutrisi: Pupuk cair dapat dicampur langsung dengan air irigasi (fertigation), memastikan nutrisi sampai ke akar secara efisien, mengurangi pemborosan dan pencemaran air tanah.

Investasi untuk Masa Depan Pertanian

Meskipun membutuhkan biaya instalasi awal, irigasi bawah permukaan adalah investasi cerdas untuk pertanian yang lebih tangguh dan berkelanjutan. Metode ini memungkinkan petani untuk berproduksi secara maksimal bahkan di lahan yang kekurangan air, menjaga produktivitas, dan memastikan ketahanan pangan di masa depan.

  • Penulis: Muhamad Fatoni

Komentar (0)

Saat ini belum ada komentar

Silahkan tulis komentar Anda

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang bertanda bintang (*) wajib diisi

Rekomendasi Untuk Anda

  • Tanya Jawab Seputar LMKN: Mengurai Kebingungan Publik

    Tanya Jawab Seputar LMKN: Mengurai Kebingungan Publik

    • calendar_month Jum, 22 Agu 2025
    • account_circle Muhamad Fatoni
    • visibility 22
    • 0Komentar

    Meskipun perannya krusial, Lembaga Manajemen Kolektif Nasional (LMKN) seringkali menjadi subjek kebingungan di mata publik. Untuk mengurai miskonsepsi tersebut, berikut adalah sesi tanya jawab yang merangkum pertanyaan-pertanyaan paling umum seputar LMKN. 1. Apa perbedaan LMKN dengan LMK? LMK (Lembaga Manajemen Kolektif) seperti WAMI, KCI, dan RAI adalah organisasi yang didirikan oleh para pencipta dan pemilik […]

  • Mengenal Komputer Generasi Ketiga: Era Sirkuit Terpadu dan Komputer Pribadi Pertama

    Mengenal Komputer Generasi Ketiga: Era Sirkuit Terpadu dan Komputer Pribadi Pertama

    • calendar_month Ming, 22 Jun 2025
    • account_circle Muhamad Fatoni
    • visibility 27
    • 0Komentar

    Revolusi selanjutnya dalam dunia komputasi terjadi dengan munculnya Komputer Generasi Ketiga (sekitar 1960-an – 1970-an). Era ini ditandai dengan inovasi paling penting: penggunaan sirkuit terpadu (Integrated Circuits/IC). Penemuan IC secara radikal mengubah ukuran, kecepatan, dan kemampuan komputer, membuka jalan bagi perangkat yang lebih ringkas dan terjangkau, bahkan bibit-bibit awal komputer pribadi. IC, atau chip, menggabungkan […]

  • Coto Makassar: Sup Berkuah Kental dengan Sejarah Panjang

    Coto Makassar: Sup Berkuah Kental dengan Sejarah Panjang

    • calendar_month Jum, 12 Sep 2025
    • account_circle Muhamad Fatoni
    • visibility 12
    • 0Komentar

    Dari Sulawesi Selatan, hadir sebuah hidangan legendaris yang memikat selera dengan kuahnya yang kental dan kaya rempah: Coto Makassar. Lebih dari sekadar sup, Coto Makassar adalah simbol kuliner yang telah menempuh perjalanan panjang sejarah, menjadi warisan budaya yang tak lekang oleh waktu dan kebanggaan masyarakat Makassar. Sejarah Coto Makassar diyakini sudah ada sejak zaman Kerajaan […]

  • Pengelolaan Sampah Inovatif: Dari Limbah Menjadi Berkah untuk Indonesia

    Pengelolaan Sampah Inovatif: Dari Limbah Menjadi Berkah untuk Indonesia

    • calendar_month Rab, 2 Jul 2025
    • account_circle Muhamad Fatoni
    • visibility 33
    • 0Komentar

    Tumpukan sampah yang terus menggunung menjadi salah satu tantangan lingkungan terbesar di Indonesia. Namun, di tengah masalah ini, berbagai pengelolaan sampah inovatif mulai bermunculan, mengubah paradigma lama yang memandang sampah sebagai limbah tak berguna menjadi sebuah sumber daya yang berharga. Pendekatan kreatif ini tidak hanya mengurangi pencemaran, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru. Salah satu […]

  • Mengagumi Candi Gunung Kawi: Keajaiban Pahatan di Dinding Batu Bali

    Mengagumi Candi Gunung Kawi: Keajaiban Pahatan di Dinding Batu Bali

    • calendar_month Kam, 24 Jul 2025
    • account_circle Muhamad Fatoni
    • visibility 31
    • 0Komentar

    Tersembunyi di tengah kehijauan lembah Sungai Pakerisan, dekat Tampaksiring, terdapat sebuah situs arkeologi yang menakjubkan: Candi Gunung Kawi. Kompleks candi ini bukan bangunan batu bata yang disusun, melainkan serangkaian monumen megah yang dipahat langsung pada tebing batu terjal. Keunikan dan keindahan arsitekturnya menjadikannya salah satu destinasi sejarah dan budaya yang wajib dikunjungi di Bali. Sejarah […]

  • Studi Kasus Keberhasilan Petani Menerapkan Sistem Agroforestri

    Studi Kasus Keberhasilan Petani Menerapkan Sistem Agroforestri

    • calendar_month Sab, 13 Sep 2025
    • account_circle Muhamad Fatoni
    • visibility 8
    • 0Komentar

    Sistem agroforestri—integrasi pohon dengan tanaman pertanian dan/atau ternak—bukan hanya teori, tetapi telah terbukti berhasil meningkatkan kesejahteraan petani dan kelestarian lingkungan. Salah satu contoh nyata keberhasilan ini dapat dilihat di sebuah desa di lereng Gunung Merapi, Jawa Tengah. Sebelumnya, petani di desa ini mengandalkan pertanian monokultur, yaitu hanya menanam satu jenis komoditas seperti cabai atau sayuran. […]

expand_less