Jumat, 19 Des 2025
light_mode
Trending Tags
Beranda » Budaya » Sejarah Angklung: Dari Ritual Pertanian hingga Panggung Dunia

Sejarah Angklung: Dari Ritual Pertanian hingga Panggung Dunia

  • account_circle Muhamad Fatoni
  • calendar_month Sab, 19 Jul 2025
  • visibility 57
  • comment 0 komentar

Angklung, alat musik tradisional Indonesia yang terbuat dari bambu, memiliki perjalanan sejarah yang panjang dan menarik, berawal dari ritual pertanian sederhana hingga memukau panggung-panggung dunia. Diakui oleh UNESCO sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Tak Benda Kemanusiaan, angklung bukan hanya sekadar instrumen musik, tetapi juga cerminan dari nilai-nilai sosial dan budaya masyarakat Sunda.

Awal mula angklung erat kaitannya dengan kepercayaan dan ritual masyarakat agraris. Bunyi yang dihasilkan diyakini memiliki kekuatan magis untuk memanggil Dewi Sri (dewi padi) agar memberkahi kesuburan tanah dan hasil panen melimpah. Bentuk angklung pada masa itu mungkin masih sederhana, dimainkan dalam upacara-upacara seperti seren taun (panen raya).

Seiring waktu, angklung mengalami perkembangan bentuk dan fungsi. Pada masa Kerajaan Sunda, angklung menjadi bagian dari seni pertunjukan istana. Namun, esensinya sebagai alat musik komunal tetap terjaga. Cara memainkannya yang membutuhkan kerjasama dan harmoni antar pemain mencerminkan nilai gotong royong dalam masyarakat. Setiap angklung hanya menghasilkan satu atau dua nada, sehingga dibutuhkan ansambel untuk menciptakan melodi yang utuh.

Pada abad ke-20, tokoh musik Indonesia, Daeng Soetigna, mengembangkan angklung diatonis yang memungkinkan alat musik ini memainkan berbagai jenis musik modern. Inovasi ini membuka jalan bagi angklung untuk dikenal lebih luas, bahkan menembus batas negara. Kini, orkestra angklung dapat ditemukan di berbagai belahan dunia, membawakan beragam genre musik dari tradisional hingga kontemporer.

Dari bunyi sederhana di ladang hingga melodi megah di gedung konser, sejarah angklung adalah kisah tentang evolusi budaya. Ia membuktikan bagaimana sebuah alat musik tradisional dapat terus relevan dan dicintai, menjadi duta seni dan simbol kebersamaan Indonesia di mata dunia.

 

  • Penulis: Muhamad Fatoni

Komentar (0)

Saat ini belum ada komentar

Silahkan tulis komentar Anda

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang bertanda bintang (*) wajib diisi

Rekomendasi Untuk Anda

  • Apa Saja Dampak Kesehatan dari Paparan Uranium Terdeplesi?

    Apa Saja Dampak Kesehatan dari Paparan Uranium Terdeplesi?

    • calendar_month Sen, 7 Jul 2025
    • account_circle Muhamad Fatoni
    • visibility 50
    • 0Komentar

    Dampak kesehatan uranium terdeplesi (DU) menjadi perhatian serius bagi tentara, warga sipil, dan petugas pemulihan di zona konflik. Ancaman utamanya bersifat ganda: toksisitas kimia sebagai logam berat dan risiko radiologis jangka panjang. Dari keduanya, para ahli sering kali lebih menyoroti bahaya kimianya. Sebagai logam berat, toksisitas kimia DU mirip dengan timbal atau merkuri. Ketika debu […]

  • REITs di Indonesia: Peluang Dividen dari Properti

    REITs di Indonesia: Peluang Dividen dari Properti

    • calendar_month Kam, 26 Jun 2025
    • account_circle Muhamad Fatoni
    • visibility 69
    • 0Komentar

    Bagi investor yang tertarik pada sektor properti namun enggan direpotkan dengan manajemen langsung atau modal besar, REITs (Real Estate Investment Trusts) menawarkan solusi menarik. Di Indonesia, instrumen ini dikenal sebagai Dana Investasi Real Estat (DIRE) dan menyajikan peluang dividen dari properti yang stabil, menjadikannya pilihan investasi yang semakin populer di pasar modal Indonesia. Pada dasarnya, […]

  • Kenduri: Lebih dari Sekadar Pesta Makan, Tradisi Selamatan yang Mengakar di Nusantara

    Kenduri: Lebih dari Sekadar Pesta Makan, Tradisi Selamatan yang Mengakar di Nusantara

    • calendar_month Kam, 17 Jul 2025
    • account_circle Muhamad Fatoni
    • visibility 50
    • 0Komentar

    Di berbagai penjuru Nusantara, kita akan menemukan sebuah tradisi yang kaya akan nilai kebersamaan dan spiritualitas, yaitu Kenduri. Meskipun namanya bisa berbeda-beda di setiap daerah—seperti slametan di Jawa, kanduri di beberapa wilayah Sumatera, atau sebutan lainnya—esensinya tetap sama: sebuah perjamuan makan bersama yang diadakan untuk memperingati peristiwa penting, menyampaikan rasa syukur, memohon keselamatan, atau mengenang […]

  • Realitas Virtual dan Tertambah: Gerbang ke Dimensi Baru

    Realitas Virtual dan Tertambah: Gerbang ke Dimensi Baru

    • calendar_month Sab, 21 Jun 2025
    • account_circle Muhamad Fatoni
    • visibility 50
    • 0Komentar

    Realitas Virtual (VR) dan Realitas Tertambah (AR) bukan lagi sekadar hiburan futuristik, melainkan teknologi inovatif yang membuka gerbang ke dimensi baru dalam berbagai aspek kehidupan kita. Meskipun sering disalahartikan sama, VR menciptakan pengalaman imersif sepenuhnya di dunia digital, membenamkan pengguna dalam lingkungan simulasi. Sementara AR, sebaliknya, melapisi informasi digital dan elemen virtual ke dunia nyata, […]

  • Tiwah: Mengenal Ritual Megah Mengantar Arwah Leluhur Suku Dayak Ngaju

    Tiwah: Mengenal Ritual Megah Mengantar Arwah Leluhur Suku Dayak Ngaju

    • calendar_month Jum, 11 Jul 2025
    • account_circle Muhamad Fatoni
    • visibility 55
    • 0Komentar

    Bagi Suku Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah, kematian bukanlah akhir, melainkan awal dari sebuah perjalanan panjang menuju alam keabadian. Puncak dari perjalanan ini ditandai oleh Tiwah, sebuah ritual kematian tingkat akhir yang paling besar, megah, dan sakral. Tiwah bukanlah upacara pemakaman biasa, melainkan sebuah kewajiban suci untuk mengantarkan arwah leluhur (Liau) menuju surga atau Lewu […]

  • Berpikir Kritis: Kunci Memecahkan Masalah dan Mengambil Keputusan Tepat

    Berpikir Kritis: Kunci Memecahkan Masalah dan Mengambil Keputusan Tepat

    • calendar_month Sab, 21 Jun 2025
    • account_circle Muhamad Fatoni
    • visibility 50
    • 0Komentar

    Di tengah lautan informasi dan kompleksitas dunia modern, kemampuan berpikir kritis bukan lagi sekadar keterampilan tambahan, melainkan sebuah keharusan. Ini adalah fondasi utama untuk memecahkan masalah secara efektif dan mengambil keputusan tepat dalam setiap aspek kehidupan, dari urusan personal hingga profesional. Berpikir kritis adalah proses menganalisis informasi secara objektif, mengidentifikasi bias, mengevaluasi argumen, dan membentuk […]

expand_less