Mappacci: Ritual ‘Malam Pacar’ Suku Bugis yang Sakral
- account_circle Muhamad Fatoni
- calendar_month Sab, 5 Jul 2025
- visibility 5
- comment 0 komentar

Dalam kekayaan adat pernikahan di Indonesia, Suku Bugis dari Sulawesi Selatan memiliki sebuah ritual pra-nikah yang sarat makna, yaitu Mappacci. Sering disamakan dengan ‘malam pacar’ pada umumnya, Mappacci memiliki esensi yang lebih dalam dari sekadar menghias tangan. Ini adalah upacara sakral untuk menyucikan calon pengantin secara lahir dan batin.
Secara harfiah, ‘Mappacci’ berasal dari kata pacci yang berarti daun pacar atau inai. Namun, maknanya jauh lebih dalam. Ritual ini merupakan simbol pembersihan diri calon mempelai dari segala hal buruk—baik dalam pikiran, perkataan, maupun perbuatan—sebelum memulai bahtera rumah tangga. Tumbuhan pacar sendiri bagi masyarakat Bugis diyakini sebagai tanaman surga yang melambangkan kesucian dan keberkahan.
Prosesi Mappacci biasanya dilakukan pada malam hari sebelum akad nikah. Calon pengantin akan duduk di pelaminan, di hadapan serangkaian perlengkapan simbolis seperti bantal, daun pisang, dan kain sutra. Kemudian, para sesepuh, orang tua, dan orang-orang yang dihormati (sering disebut anreguru) secara bergantian akan meletakkan tumbukan daun pacar ke telapak tangan mempelai sambil membisikkan doa.
Setiap sentuhan dan olesan pacci melambangkan restu yang tulus untuk melepas calon pengantin ke jenjang kehidupan baru. Jadi, Mappacci bukanlah sekadar tradisi malam berinai. Ia adalah ritual sakral yang menjadi momen introspeksi, permohonan doa restu, dan simbol kesucian untuk membangun rumah tangga yang bersih, langgeng, dan diberkahi oleh Yang Maha Kuasa.
- Penulis: Muhamad Fatoni
Saat ini belum ada komentar