Tabuik: Drama Kolosal Peringatan Asyura di Pariaman, Sumatera Barat
- account_circle Muhamad Fatoni
- calendar_month Kam, 3 Jul 2025
- visibility 4
- comment 0 komentar

Pariaman, sebuah kota pesisir di Sumatera Barat, memiliki tradisi unik dan megah dalam memperingati Hari Asyura, yaitu Tabuik. Lebih dari sekadar ritual keagamaan, Tabuik menjelma menjadi sebuah drama kolosal yang melibatkan ribuan masyarakat dan menarik perhatian wisatawan dari berbagai penjuru. Tradisi ini merupakan perwujudan rasa duka cita atas gugurnya Imam Husain, cucu Nabi Muhammad SAW, dalam pertempuran di Karbala.
Inti dari tradisi Tabuik adalah pembuatan dan pengarakan dua buah “tabuik,” yaitu menara usungan tinggi yang terbuat dari bambu, rotan, dan kertas warna-warni. Kedua tabuik ini melambangkan jenazah Imam Husain. Proses pembuatannya melibatkan berbagai kelompok masyarakat dengan tugas masing-masing, mulai dari mencari material, merakit kerangka, hingga menghiasnya dengan ornamen khas.
Rangkaian acara Tabuik berlangsung selama beberapa hari, diisi dengan berbagai ritual dan pertunjukan. Dimulai dari pengambilan tanah liat di tepi pantai yang melambangkan prosesi pemakaman, dilanjutkan dengan menebang batang pisang sebagai simbol peperangan di Karbala, hingga puncak acara yaitu “hoyak tabuik” atau mengarak tabuik keliling kota.
Hoyak tabuik menjadi momen yang paling dinanti. Ribuan masyarakat berbondong-bondong mengikuti arak-arakan, mengiringi tabuik yang diusung oleh puluhan orang. Iringan musik tradisional seperti talempong dan gandang menambah semarak suasana. Puncak dari Tabuik adalah ketika kedua tabuik dibawa ke tepi pantai dan dilarung ke laut. Prosesi pelarungan ini melambangkan pelepasan kesedihan dan pengharapan akan keberkahan.
Tabuik bukan hanya sekadar ritual keagamaan, tetapi juga memiliki nilai sosial dan budaya yang kuat. Tradisi ini mempererat tali persaudaraan antar masyarakat Pariaman dan menjadi identitas budaya yang diwariskan secara turun-temurun. Selain itu, Tabuik juga menjadi daya tarik wisata yang signifikan, menghidupkan perekonomian lokal dan mengenalkan kekayaan budaya Sumatera Barat kepada dunia. Meskipun memiliki sejarah yang panjang dan sarat makna, tradisi Tabuik terus dilestarikan dan dikembangkan oleh masyarakat Pariaman sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka.
- Penulis: Muhamad Fatoni
Saat ini belum ada komentar