Siraman: Mengenal Ritual Pensucian Calon Pengantin Adat Jawa dan Sunda
- account_circle Muhamad Fatoni
- calendar_month Sab, 5 Jul 2025
- visibility 4
- comment 0 komentar

Dalam rangkaian prosesi pernikahan adat Jawa dan Sunda, terdapat satu ritual sakral yang penuh makna, yaitu Siraman. Bukan sekadar memandikan calon pengantin, ritual ini merupakan simbol pensucian diri secara lahir dan batin sebelum melangkah ke jenjang kehidupan baru yang suci. Prosesi ini umumnya dilaksanakan sehari sebelum akad nikah di kediaman masing-masing calon mempelai.
Tujuan utama dari prosesi siraman adalah untuk membersihkan calon pengantin dari segala pikiran, perkataan, dan perbuatan yang kurang baik di masa lalu. Ini adalah momen untuk “membuang” sifat-sifat buruk dan mempersiapkan hati yang bersih untuk memulai rumah tangga. Selain itu, ritual ini menjadi sarana bagi calon pengantin untuk memohon doa restu dari kedua orang tua dan para sesepuh keluarga, memantapkan hati menuju hari pernikahan.
Prosesi siraman menggunakan air yang diambil dari tujuh sumber mata air berbeda, yang sering disebut air kembang setaman. Angka tujuh (pitu dalam bahasa Jawa) diartikan sebagai pitulungan atau pertolongan, melambangkan harapan agar kehidupan pernikahan calon pengantin senantiasa dilimpahi pertolongan dan kebaikan. Orang tua menjadi penyiram pertama, diikuti oleh para sesepuh atau kerabat yang dituakan sebagai simbol permohonan berkah.
Meskipun inti maknanya sama, yakni pensucian dan permohonan restu, terdapat sedikit perbedaan dalam detail pelaksanaan antara adat Jawa dan Sunda, misalnya pada jenis bunga atau doa yang menyertainya. Namun, keduanya sama-sama memandang siraman sebagai upacara yang mengajarkan tentang pentingnya kesucian, penghormatan kepada orang tua, dan kesiapan mental untuk membangun keluarga yang harmonis dan bahagia.
- Penulis: Muhamad Fatoni
Saat ini belum ada komentar